Forum Menulis Mahasiswa Institut

Selasa, 20 Oktober 2015

Coretan Hati

                 Teriakan Sang ORATOR Aksi “ PUTRI”

                                             By: Agsal



“Siapa.. Kau disana, Merajut hari dengan mimpi Menyulam rindu tiada henti, Langkah nafas yang lelah, Basah peluh beribadah, Kau disana Mengapa, Ruku dan sujud dalam arah, Cahaya bersinar nan kemilau, Duduk dan berbaring dalam harap”

Putri Itulah nama seorang gadis belia yang tinggal disebuah desa di mana dalam kesehariannya ia dikenal dengan sosok yang ramah, sopan, lembut, bahakan mudah berteman. Namun dibalik sikapnya yang penuh bergelora tersebut ia juga punya satu keunikan yang ada padanya tersebut membuat seorang pemuda sebut saja ia sang Orator.
Itulah ia si gadis putri malu yang dengan sikap keluguaannya, ia juga kadang dapat membuat banyak mata tertuju padaya, mulai dari yang berada sekampung dengannya, satu sekolah bahkan hingga satu kampus dimana tempat  sekarang ia menimba ilmu. Hehehe. J hingga suatu ketika  saat ia sudah dipertemukan dengan sang Orator tiba-tiba ia berubah drastis.
Awalnya biasa saja, disaat pertemuan pertama dalam sebuah Aksi Keramaian dalam perjuangan menuntuk hak-hak keadilan rakyat dengan suara sorak lantang saat meneriakkan kata demi kata dalam bait-bait kalimat tuntutan kepada pihak penguasa negeri seribu kasta yang sering meresahkan anak bangsa.
Pemuda itu terus saja berdiri tegak sambil memegang microfon yang ditangannya selembar kertas kemudian dengan suara lantang ia meneriakkan
 “hidup mahasiswa.. hidup mahasiswa...”
Ia Tak menyadari bahwa saat sedang berteriak keras dibawah teriknya sinaran matahari yang tak sedikitpun bersahabat pada hari itu tiba-tiba terlihat dengan sebuah pandangan dalam keramaian  disana telah berdiri tegak seorang anak muda meskipun ia berbeda talenta tapi semangat sorak lentangnya sangat menggugah semangat dan tenaga sang Orator yang kembali beraksi dengan Sorakan Bait-bait kalimat tuntutan anak muda bangsa pada sang penguasa, Itulah ia sosok putri.

Hingga pada suaatu ketika Sang Orator pun dilanda penasaran dengan sosok putri, sampai saat suatu hari sang  Orator datang singgah dikampusnya putri ia berjumpa dan menatap malu-malu, ibarat bunga sang putri malu.

Dengan sebuah untaian kata kutuliskan putri mengapa di kau mesti “Malu” , dan resah serta gelisah, karena ku tau meskipun engkau malu tapi dirmu itu ibarat bunga putri malu yang saat didekati daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup "layu" dengan sendirinya.
Putri tak usah engkau “malu” meski ini juga akan mengusik saat kau “tertidur” dan “terbangun” ketika matahari bersinar.



0 komentar:

Posting Komentar