By : Teuku
Malam itu, disebuah warung coffee
seputuran tempat kediamanku saat sedang duduk dengan beberapa teman ngopi
sambil masing-masing sibuk mengotak –atik tombol keyboard laptop dan ditemani
dengan secangkir kopi, tiba- tiba terjadi sebuah perbincangan biasa, tapi
maknanya LUAR BIASA.
Tak lama berlalu, warung itu
terus saja dipadati dengan kedatangan beragam pelanggan mulia dari pasangan
dewasa, hingga kawula muda-mudi ada yang berpasangan dan ada juga tidak.
Dengan niat ingin menikmati
suasana warung kopi yang kian sejuk nan nyaman didada, turut dihiasa dengan
Pesona warna dinding yang terukir berbagai lukisan koreografi cangkir kopi
hingga tulisan kenikmatan sejuta rasa cangkir Ekspresso.
Semakin larut warung itu semakin
dipenuhi banyak pelanggan yang datang untuk menyantap berbagai macam aneka
minuman dan makanan yang tersaji berjejeran di atas meja pengunjung. Lalu tiba-tiba
dari tempat meja yang aku duduki sentak terdengar suara ocehan salah satu
diatara kami dengan kalimat “Jino menyoe perle hudep senang, purumoh tari,
mudah tahat, Peng Sagai Beulee”(Aceh-red).
Dengan serentak semua yang duduk
di meja kami menatapnya, sambil menanyakan apa maksud dari ucapan dia tersebut.
Lantas ia menjawab,
“Kita sudah duduk disini hampir
separuh malam dan aku mengamati setiap pengunjung yang datang silih berganti
dalam warung ini, dari mulai kalangan para dewasa hingga para muda mudi. Namun,
aku menemukan satu keanehan dalam amatanku malam ini, tepatnya dimalam jum’at
07 Juli 2015. Aku melihat dari setiap yang berdatangan ada beberapa yang
berpasangan namun terdapat sedikit keanehan bagiku. Yang intinya “UANG ITU
ADALAH SEGALANYA, JIKA INGIN MENDAPATKAN SESUATU TETAP DENGAN UANG, BAHKAN
KESENANGAN SEKALIPUN”.
0 komentar:
Posting Komentar