Karangan Teguh
FOMIA
Satu
hari sebelum terpilihnya aku sebagai komesaris. Aku sudah menduga dengan
filingku. Yang bahwa pada saat pemilihan komesaris nantinya aku pasti
akan terpilih menjadi seorang komesaris.
Pas
keesokan hari-nya, senin 24 Agustus 2015 adalah hari ke enam aku masuk kuliah
setelah mengikuti masa Orientasi Pekenalan Akademik Kampus.
Yang
masuk ke ruang pertama kali pada saat itu adalah Dosen waliku Ibuk Yessi Aswita
yang menggantikan Bapak Muhammad Yusuf Yahya yang berhalangan pada waktu itu.
Lalu ibuk Yessi menanyakan kepada kami semua yang ada di dalam ruangan pada
waktu itu, “apa ada komesarisnya??”.
Lalu
kami menjawab dengan serentak, “belum
buk”.
Lalu Ibuk Yessi mengatakan, jadi. “Sekarang kita pilih
komesarisnya terlebih dahulu”. Ada dua orang dari temanku yang duduknya paling
belakang, Mengatakan, “Teguh buk, Teguh buk”.
Suaranya
pun sangat lantang dan sangat jelas sekali, sehingga membuat semua orang yang
ada di dalam ruang pada waktu itu lihat ke sumber suara tersebut. Dan aku pun
melihat ke sumber suara tersebut siapa yang mengusulkanku sebagai komesaris
pada saat itu. Padahal, pada saat itu Ibuk Yessi belum meminta pendapat dari
siapa-siapa. Akan tetapi mereka sudah lebih
duluan mengatakan “Teguh buk, Teguh buk”.
Setelah itu, ibuk Yessi pun meminta pendapat dari
teman-temanku semua yang sejurusan denganku. Siapa yang mereka pilih sebagai
komesarisnya, yang pertama ibuk Yessi meminta pendapat kepada Haris Munandar,
siapa yang dia pilih sebagai komesarisnya ternyata Haris pun memilih aku,.
Selanjutnya
ibuk Yessi meminta pendapat dari Khairullah siapa yang dia pilih sebagai
komesaris ternyata Khairullah pun memilihku, dan pendapat yang selanjutnya ibuk
Yessi meminta pendapat dariku siapa yang aku pilih sebagai komesaris, aku
mengatakan. “Haris buk”.
Setelah
itu ibuk Yessi meminta pendapat kepada temanku yang berada tepat di depanku.
Namanya Zikri Azzahri. Zikri pertamanya melihat kepadaku yang berada tepat di
belakangnya.
Setelah
itu. Zikri juga sempat melirik ke belakang, kepada “Haris dan Kharullah” yang
berada paling belakang. Dan duduknya pun berseblahan antara Haris dan
Khairullah.
Zikri
juga sempat ragu-ragu pertamanya, siapa yang harus dia pilih sebagai
komesarisnya. Kalau menurutku sih Zikri akan memilih Haris sebagai kemesarisnya
karena Zikri sempat melihat kebelakang kepada Haris. Tapi entah kenapa akhirnya
Zikri juga memilih aku, mungkin ada ancaman atau apa dari Haris sehingga Zikri
tidak jadi memilih Haris, tapi sebelum menjawab Zikri sempat melihatku sekali
lagi mungkin untuk menyakinkan pilihannya.
Dan
akhirnya yang keluar dari mulut temanku itu "Teguh buk”.
Setelah
itu giliran temanku yang perempuan, Sriwahyuni, dia juga memilihku, dan giliran
Afriani temanku yang terahir, dia juga memilihku sebagai komesaris. Dan setelah
semua mendapatkan satu kesempatan untuk memilih, hasil akhir dari pemilihan
komesaris tersebut jatuh kepadaku. Aku pun tidak dapat mengatakan apa-apa pada saat itu yang bisa
aku lakukan pada saat itu hanyalah diam seribu bahasa. Di karenakan di ruang
tersebut bukan Cuma Prodi Hukum Islam saja. Akan tetapi empat prodi.
Lalu ibuk Yessi pun mengatakan
sesuatu setelah semuanya mendapatkan satu kesempatan untuk memilih komesaris. “Teguh”.
Ini bukan ibuk yang memilih “Teguh” sebagai komesaris. Akan tetapi teman-teman
Teguh sendiri yang memilih Teguh sebagai komesaris.
Pada saat itu di ruang tempat
terpilihnya aku sebagai komesaris bagi Prodi Hukum Islam. Ada beberapa jurusan,
diantaranya; jurusan Pendididkan Agama Islam (PAI), jurusan Pendidikan Bahasa
Arab (PBA), dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Setelah terpilihnya aku
sebagai komesaris pada hari itu. Dan setelah habisnya waktu mata kuliah yang di
gantikan oleh
ibuk Yessi, dan ibuk Yessi pun pergi meninggalkan kami di ruang, lalu
teman-temanku yang sejurusan denganku semuanya menghampiriku
sambil mengucapkan kata-kata selamat, kamu telah terpilih menjadi seorang
komesaris.
Terpilihnya aku ini. Aku yakin yang bahwa ini
karena keberanian aku saat sebelum menjabat sebagai seorang komesaris.
Ceritanya begini, pada saat
aku belum menjabat sebagai seorang komesaris, kami terlebih dahulu harus
mengisi SKS (Sistem Kredit Siswa). Pada saat itu yang sudah mengisi SKS Cuma
dua orang. Aku dan Sriwahyuni.
Tapi teman aku yang lain
belum mengambil SKS. Aku nanya kepada mereka, “apa sudah mengambil SKS?”.
Mereka menjawab, “belum”.
Kalau belum, “apa lagi”,
ambil sana cepat ujarku kepada mereka.
Nah. Disinilah awal dari
ceritanya, mereka tidak berani masuk menjumpai ibuk Yessi untuk memintak SKS.
Mereka harus melibatkan aku
juga dalam memintak SKS sama ibuk Yessi, mungkin dengan keberanian aku inilah
aku terpilih menjadi seorang komesaris. Atau dengan sebab lain. Maaf pembaca ya, bukan maksud aku untuk membanggakan
diri disini. Akan tetapi ini adalah sebuah motivasi bagi pembaca semua. Mungkin
ada dari pembaca yang ingin menjadi seorang komesaris pada suatu saat nanti,
maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan saat itu sehingga terpilih menjadi
seorang komesaris. Dan bukan Cuma itu. Aku juga yakin bahwa terpilihnya aku
pada saat itu di karenakan adanya persengkokolan antara Haris dan Khairullah.
Karena pada saat itu mereka duduknya berseblahan.
Dan ternyata benar pembaca.
Terpilihnya aku saat itu
bukan Cuma karena keberanianku saja. Akan tetapi, karena ada persengkokolan
antara Haris dan Khairullah. Sehingga aku terpilih menjadi seorang komesaris
pada saat itu.
Lalu kami berempat keluar
dari ruangan, dan aku pun langsung menanyakan kepada Haris. “Haris!!”,
Sebenarnya kamu ingin juga menjadi komesaris kan?, pambaca ingin tau apa jawaban-nya
Haris pada waktu itu.
“Ya. Teguh”.
Tapi kenapa kamu pilih aku
tadi?. Pada saat ibu Yessi meminta pendapat dari kamu siapa yang kamu pilih,
Kenapa nggak kamu aja??. Kamu katakan tadi pada saat ibu Yessi meminta pendapat
dari kamu.
Pembaca
ingin tau?.
Apa
jawabanya Haris....!!!
Karena aku sudah pernah merasakannya Teguh.
Rupanya benar pembaca, hahwa terpilihnya aku bukan Cuma dengan keberanian aku
saja, tapi juga di karena ada persengkokolan antara Haris dan Khairullah untuk
memilih aku sebagai Komesaris pada saat itu.
Karena aku sudah pernah
merasakan gimana jadi ketua Guh,.
Lalu aku pun mengatakan kepada Haris, “aku juga pernah Ris” merasakan apa yang pernah
kamu rasakan gimana menjadi seorang ketua.
Ini ceritaku, cerita yang
pernah aku ceritakan kepada Haris pada waktu itu. Supaya pembaca semua juga tau
gimana cerita aku sebelum aku menjadi seorang Mahasiswa di kampus Institut
Agama Islam AlMuslim Aceh. Sekaligus saat ini aku di percaya oleh teman-temanku
sebagai komesaris.
0 komentar:
Posting Komentar